Riyadh – Keluarga besar Sekolah Indonenesia Riyadh (SIR) melaksanakan buka puasa bersama pada Selasa, 11 Maret 2025.

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 17 WAS ini dihadiri oleh guru, tenaga kependidikan, pengurus komite sekolah, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh, juga keluarga terdiri dari istri, suami, dan anak-anaknya.
Sebelum kumandang adzan maghrib, pada momen sambutan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh, Prof. Dr. Muhammad Irfan Helmy, Lc, MA, memperkenalkan diri di hadapan para hadirin.
Perkenalan ini dilakukan karena dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga ini baru saja tiba di Riyadh untuk menjalankan tugasnya.
Pada kesempatan ini, Atdikbud juga mengajak kepada seluruh keluarga besar Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) untuk saling bersinergi dalam menjalan tugas yang mulia.
“Mari sama-sama kita sinergi, saling percaya, bahwa kita mengemban misi yang mulia,” ujar Prof. Irfan.
Guru Besar ilmu hadits ini bercerita bahwa keberadaan Atdikbud dan Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), dianggap sebagai pilar pelayanan pendidikan bagi WNI yang ada di luar negeri.
“Kalau di Jakarta itu, Atdikbud dan SILN adalah pilar layanan WNI di luar negeri,” terang Prof. Irfan.
Karena itu, menurut bapak 4 anak ini, para WNI harus mendapatkan layanan terbaik dalam bidang pendidikan, dimanapun dia berada.
“Tidak ada diskriminasi antara WNI di Indonesia dan luar negeri,” papar Prof. Irfan.
Melihat pentingnya tugas tersebut, Atdikbud mengajak untuk sinergi dan kolaborasi.
Terkait dengan Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), Atdikbud cukup bangga dengan prestasi yang telah ditorehkan oleh para siswanya.
“Meskipun jauh dari tanah air, SILN ini memiliki prestasi yang membanggakan,” tegas Prof. Irfan.
Atdikbud juga mengingatkan agar sama-sama menyegarkan kembali misi sekolah yang sudah berjalan selama ini.
“Mari kita sama-sama meneguhkan atau menyegarkan kembali apa misi yang kita bawa di sekolah ini,” terang Prof. Irfan.
Menyinggung tentang nasib Kurikulum Merdeka di sekolah, Atdikbud berseloroh bahwa itu bukanlah sebuah penggantian, tapi sebuah tambahan saja.
“Di lembaga pendidikan kita di Dikdasmen sedang diglorifikasi Deep Learning, yaitu pembelajaran mendalam. Itu tidak mengganti Kurikulum Merdeka, tapi sebuah pembelajaran dengan menyentuh yang mendalam,” papar Prof. Irfan.
Lebih lanjut, alumni Universitas Al Azhar, Mesir ini menyampaikan adanya perbedaan nama dalam kurikulum yang ada di Kemendikdasmen dan Kementerian Agama (Kemenag).
“Kalau sekolah-sekolah di bawah naungan Kemenag itu ada kurikulum cinta. Jadi pembelajarannya berbasis kepada cinta kemanusiaan,” tandas Prof. Irfan.
Saat adzan maghrib berkumandang, semua hadirin menikmati hidangan yang disediakan panitia.
Tersedia buah-buahan, minuman segar, hingga makanan dengan berbagai macam lauk dari olahan ayam dan telor.
Tak lupa, ada pula hidangan makanan khas Indonesia yang selalu hadir pada setiap momen berbuka puasa, yaitu gorengan, sambal dan krupuk.
Indahnya kebersamaan. (Bms)