RIYADH – Tim dari Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre atau yang biasa disingkat dengan SEAMOLEC berkunjung ke Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) pada Selasa, 24 September 2024.
Kedatangan rombongan ini bermaksud untuk melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
“Kami menyiapkan pelatihan yang bisa dilaksanakan saat liburan. Silahkan bapak dan ibu dapat melakukannya,” kata Direktur SEAMOLEC, Dr. Wahyudi.
Wahyudi menjelaskan, saat ini pihaknya telah sukses mengadakan 17 jenis pelatihan dalam berbagai bidang, seperti desain dan animasi.
“Terkait hal-hal pembelajaran siswa, kami sudah membuat pelatihannya yang sesuai,” ujar Wahyudi.
Menimpali apa yang disampaikan Wahyudi, Deputi Direktur Administrasi SEAMOLEC, Dr. Yaya Sutarya menantang kepada para guru SIR untuk segera menjadwalkan pelatihan yang ditawarkan.
“Menjadi guru saat ini tidak lagi seperti dulu, yang masuk kelas membawa buku LKS,” ujar Yaya.
Yaya menilai, guru zaman sekarang menghadapi generasi stroberi yang sifat dan karakternya berbeda seperti era lampau.
“Guru sekarang harus smart, inovatif, adaptif, antusias, tekun, dan tentunya harus menginspirasi para siswanya,” terang yaya.
Terkait dengan kemajuan media pembelajaran, Yaya menyampaikan bahwa teknologi tak bisa dipisahkan dengan dunia sekolah. “Siapa yang saat ini memanfaatkan chat gpt untuk menunjang pembelajaran di kelas?,” tanya Yaya kepada peserta yang hadir.
Merespon pertanyaan tersebut, hampir semua guru mengangkat tangan, pertanda bahwa mereka telah memanfaatkan teknologi berbasis artificial intelligence ini.
Hal lain yang ditekankan adalah kebiasaan anak zaman sekarang yang mudah jenuh dengan gaya penyampaian melalui video yang terlalu panjang. “Ada yang mau nonton video pembelajaran selama 1 jam?,” tanya yaya lagi, yang dijawab sepakat “tidak ada” oleh guru-guru yang hadir.
Yaya menegaskan bahwa siswa masa kini tidak kuat menonton video pembelajaran yang panjang. “Generasi stroberi itu paling mampu nonton selama 3 menit,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Substansi Kerja Sama dan Humas Kemendikbudristekdikti, Yayat Hendayana, mengingatkan bahwa kerja sama dilakukan harus saling pengertian kedua belah pihak.
“Berbicara tentang kerja sama maka yang harus digaris bawahi adalah harus saling pengertian,” ujar Yayat.
Yayat juga menginginkan agar kerja sama yang dilakukan jangan sampai hilang dan dilupakan begitu saja. “Pastikan jika kerja sama jangan jadi dokumen tidur, harus ada implementasinya,” tandas Yayat.
Sebelumnya, Plh Kepala Sekolah SIR, Hijrah Baihaqie, pada sambutannya, merasa bersyukur dapat bertemu dengan SEAMOLEC, mengingat guru-guru saat ini harus terus meningkatkan kemampuan dan kualitasnya.
Senada dengan Plh Kepala Sekolah, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh, Badrus Sholeh, PhD, mengatakan bahwa dirinya saat ini terus mendorong agar para guru terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Saya bertemu dengan pejabat kementerian di Saudi, ada yang mempertanyakan tentang keberadaan guru di sekolah kita yang masih berpendidikan S1,” kata Badrus.
Karena itu, lanjut Badrus, para guru ini didorong untuk kuliah lagi untuk meningkatkan keilmuannya.
“Alhamdulillah, bapak dan ibu guru ini mayoritas sedang melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Universitas Negeri Surabaya (UNESA),” tandas Badrus. (bms)