Riyadh, 19 Desember 2021, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan alat musik tradisional. Salah satunya yaitu Gamelan seperti yang terlihat pada gambar diatas, sejumlah siswa Sekolah Indonesia Riyadh sedang berlatih memainkan alat musik gamelan di salah satu sudut ruangan KBRI Riyadh, Arab Saudi secara bersama-sama memainkan waditra (sebutan alat musik tradisional pada seperangkat Gamelan) diantaranya : saron, peking, demung, slenthem, gender, kendang, kenong, bonang barung, bonang penerus, kempul dan gong. Sebagian besar alat musik dalam gamelan dimainkan dengan cara dipukul. Merujuk kata Gamelan dalam bahasa jawa dari kata Gamel yang berarti “ditabuh” atau dipukul.

Gamelan merupakan salah satu bentuk kesenian asli Indonesia yang dikenal pula dalam masyarakat Indonesia disebut musik karawitan. Dalam sejarahnya kesenian Gamelan sudah ada sejak tahun 404 Masehi, dilihat dari adanya penggambaran masa lalu yang ada pada relief Candi Prambanan dan Borobudur dan terus berkembang pada abad 8 – 12 masehi. Sejarah masuknya agama islam di tanah jawa mencatat, gamelan yang sudah ada sebelumnya di tengah masyarakat jaman dahulu ini, digunakan oleh para Wali (yang menyebarkan agama islam di tanah jawa) dalam upaya dakwah dan penyebaran agama islam. Gamelan sebagai sarana untuk menarik perhatian warga kerajaan saat itu sehingga mereka mau berkumpul, kemudian diajarkan tentang agama islam dan mengajak mereka untuk membaca syahadat sebagai syarat menjadi pemeluk agama islam. Sampai saat ini gamelan di Indonesia masih banyak kita temui di daerah Jawa, Yogyakarta, Sunda, Bali dan Lombok, dan terus menerus dilestarikan keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia.

Kesenian Gamelan menjadi salah satu Identitas budaya bangsa Indonesia. Hampir semua wilayah perwakilan Indonesia di luar negeri memiliki seperangkat gamelan dengan tujuan untuk misi kebudayaan dan ikut melestarikan gamelan ini. Keberadaan seperangkat gamelan di KBRI Riyadh, mendorong Satria Adhi Nugraha, S.Sn guru Seni Budaya di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), Arab Saudi untuk mengajarkan siswa-siswinya berlatih alat musik gamelan, yang rencananya akan disajikan untuk pentas budaya Indonesia dalam acara Asean Family Gathering pada tanggal 31 Desember 2021.

Satria selaku pembimbing dalam sesi latihan hari sabtu, 18 Desember 2021, menyampaikan kepada siswa yang ikut berlatih, “Bermain gamelan dengan seperangkat alat lengkap ini, secara etika layaknya orkestra pada musik klasik barat, yang pada saat bermain harus dengan membaca notasi untuk memainkan gendhing (sebutan lagu untuk komposisi lagu gamelan). Sekali ada salah satu pemain yang memainkan alatnya tanpa membaca atau memperhatikan partitur, akan tertinggal dan tidak benar nada dan ketukan yang dibunyikan”. Beberapa catatan dalam sesi latihan juga menunjukkan sesuatu hal terkait sikap bermain, salah satunya sikap posisi bermain yang harus dengan posisi tertentu. Posisi duduk seorang pemain gamelan ideal yaitu mengambil posisi yang disebut silasana yaitu posisi duduk dimana kaki dilipat tertumpuk (kanan dan kiri) sedangkan posisi badan tegak. Dari aturan cara bermain ini, bermain musik gamelan orkestra secara lengkap menjadi salah satu contoh bermain musik yang bertujuan untuk pendidikan karakter bagi siswa sekolah.

Salah satu siswa yang ikut bermain saron, Zahra, siswa SIR kelas XII mengatakan latihan Gamelan bisa menjadi sarana mental healing dan relaksasi. “Menurut saya gamelan itu berwibawa dan memunculkan ketenangan, sehingga kami bersama teman-teman berlatih menabuh Gamelan” kata Zahra. Zahra juga berharap bahwa latihan gamelan dapat berjalan dengan konsisten teratur karena belajar gamelan itu membutuhkan proses yang cukup lama. Kedepannya latihan gamelan ini akan menjadi kegiatan rutin SIR untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.

Kita sebagai masyarakat Indonesia patut berbangga, masih hangat beberapa hari lalu tepatnya pada tanggal 15 Desember 2021, bangsa Indonesia mendapat kabar gembira bahwa lembaga dunia Badan PBB untuk keilmuan, pendidikan dan kebudayaan UNESCO, menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) melalui sidang UNESCO sesi ke-16 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage di Paris,Prancis. Meski sudah ada sejak ratusan tahun lalu, kesenian gamelan ini terus dilestarikan dan dikembangkan para pegiatnya di tengah kehidupan sehari- hari masyarakat Indonesia dan di mata dunia.

Penulis : Satria Adhi Nugraha, S.Sn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2020/2021

KLIK DISNI