Alhamdulillah. Tepat pada Ahad, 10 September 2023, seminggu setelah dibuka kembali pembelajaran offline (luar jaringan/luring) di gedung baru, Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) resmi memulai “inovasi” kegaiatan imtaq atau ibadah pagi tahun pelajaran 2023-2024. Disebut sebagai “inovasi”, setidaknya, karena tiga (3) alasan pokok.
Pertama, pola pelaksanaan kegiatan imta atau ibadah pagi (selanjutnya disebut “imtaq pagi”) di SIR pada tahun pelajaran 2023 – 2024 ini berbeda dengan pola sebelumnya. Di tahun – tahun sebelumya, untuk kegiatan imtaq pagi, secara keseluruhan para peserta didik berkumpul di (satu) lapangan. Tidak ada pembagian berdasarkan kelas atau pertimbangan-pertimbangan lain selain pemisahan tempat antara peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan. Peserta didik laki-laki gabung tanpa membedakan jenjang (kelas), begitu juga yang perempuan.
Tapi sekarang, pembagian itu lebih variatif, tidak hanya berdasarkan jenis kelamin melainkan juga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan esensial lainnya semisal level kompetensi membaca (tilawah) Al Qur’an.
Kedua, diklaim sebagai inovasi karena model pelaksanaan imtaq pagi terbaru (di SIR ini) mencerminkan “sisi lain” dari ruh Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), yakni pembelajaran berdiferensiasi. Di SIR, pembelajaran berdiferensi tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran-pembelajaran reguler-formal di dalam kelas, namun di luar kelas juga coba diterapkan, termasuk diantaranya kegiatan imaq pagi yang dilaksanakan pada pagi Senin, Selasa dan Rabu setiap minggu ini, antara jam 07.30 – 08.30 Waktu Arab Saudi (WAS).
Pembelajaran berdiferensiasi sesungguhnya bermakna pembelajaran yang memberikan keleluasan pada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut (Kurniasih, dalam pintar.tanotofoundation.org). Menurut definisi ini, inisiatif untuk mendapatkan atau memenuhi kebutuhan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dirinya datang dari peserta didik itu sendiri. Namun dalam konteks inovasi imtaq pagi di SIR ini, para peserta didik mendapatkan treatment atau perlakuan yang berbeda (different) dari pihak sekolah atau guru pembimbing sesuai dengan level penguasaan peserta didik yang berbeda-beda.
Secara umum, semua peserta didik (kecuali peserta didik Taman Kanan-Kanak/TK) dikelompokkan kedalam dua (2) halaqah : Halaqah Bengkel Tahsin bagi peserta didik Pra-tahsin dan Halaqah Pendalaman Tilawah. Halaqah Bengkel Tahsin menempati Lapangan 2 atau Lapangan Bung Hatta. Sedangkan Halaqah Pendalaman Tilawah menempati Lapangan Bung Karno (Lapangan 1).
Di Halaqah Pendalaman Tilawah, hanya ada dua kelompok : Kelompok peserta didik putra dan peserta didik putri. Sesuai dengan nama halaqoh-nya, para peserta didik di kelompok ini diberi pendalaman tentang cara membaca Al Qur’an (tilawah) yang baik. Para peserta didik dalam halaqoh ini adalah mereka yang sudah dapat membaca Al Qur’an dengan relatif lancar namun masih perlu mempelajari hukum-hukum tajwid atau membaca (mempraktikkan hukum-hukum tajwid tersebut) dengan baik dan benar. Para peserta didik dengan kompetensi tilawah seperti ini, kami (di SIR) sebuat atau masukkan ke dalam kelompok ‘Tahsin’. Lalu, adakah kelompok Pra-tahsin atau kelompok-kelompok lainnya?
Berdasarkan proses leveling (pemeringkatan) kompetensi tilawah peserta didik yang kami lakukan tahun 2022 lalu, secara umum kompetensi tilawah peserta didik dibedakan menjadi tiga (3) level : Level Pra-tahsin; Level Tahsin dan Level Tahfiz. Berbeda dengan di Level Tahsin, sebagaimana dijelaskan di atas, para peserta didik yang berada di Level Pra-tahsin adalah mereka yang masih tergolong pembaca pemula dengan ciri-ciri utama mulai dari masih mengenal huruf hijaiyyah, tanda baca, sampai membaca huruf yang tersambung namun masih pendek. Ciri yang menonjol lainnya dari level ini adalah masih terbata-bata dalam membaca Al Qur’an.
Level ketiga adalah Tahfiz, berisikan para peserta didik yang sudah dapat membaca Al Qur’an dengan lancar dan mulai mempelajari cara menghafal, murojaah dan menjaga hafalan Al Qur’annya. Dari aspek tempat, Level Tahfiz “dititip” di Lapangan Bung Hatta, bersama kelompok-kelompok Pra-tahsin.
Berbeda dengan Level Tahfiz yang jumlahnya hanya satu (1) kelompok, Level Pra-tahsin terbagi menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan within (dalam) Level Pra-tahsin ini lebih didasarkan atas fase-fase formal ala atau menyerupai IKM. Ada fase A meliputi kelas 1 dan 2, fase B (Kelas 3 dan 4), fase C meliputi kelas 4 dan 6, fase D (SMP) dan fase E untuk peserta didik jenjang SMA.
Masing-masing fase didampingi oleh guru pembimbing atau guru pendamping. Guru-guru pendamping ini merupakan alumni “Bengkel Tahsin SIR” yang diselenggaran pada bulan Ramadhan tahun 2022 atau 1444 H lalu. Semua guru “di-assess” kemampuan membaca Al Qur’an oleh Tim Ahli yang diundang. Guru-guru yang dinyatakan lulus uji tahsin kemudian dihimpun menjadi anggota tim Darsul Quran (DQ) SIR yang bertugas antara lain sebagai pengajar mulok Darsul Qur’an dan pengembang inovasi-inovasi pembelajaran Darsul Qur’an itu sendiri. Pola Imtaq Pagi SIR Tahun Pelajaran 2023-2024 merupakan salah satu karya inovatif Tim DQ SIR.
Terakhir (ketiga), last but not least, pola baru pelaksanaan Imtaq pagi SIR tersebut dikatakan inovatisi karena konten atau materi-materi kegiatannya tidak melulu “berlabel” ibadah seperti tilawah, sholat dhuha, doa sholat dhuha, ceramah agama dan sejenisnya. Kegiatannya bisa berupa “game”, khususnya kepada jamaah Halaqoh Pendalaman Tilawah, yang dijadwalkan setiap Rabu, dari jam 07.40 sampai dengan 08.00 WAS.
Sebagai contoh, pada imtaq pagi, Rabu, 13 September 2023, game yang dimainkan mengharuskan peserta didik (sejenis kelamin) berpasang-pasangan. Secara bergantian salah satu dari pasangan diminta memberikan gerakan-gerakan yang sulit diikuti, atau tepatnya sulit ditebak karena mendadak (dadakan). Anggota pasangan yang lain diminta secara cepat meniru gerakan yang dadakan itu. Disinilah terlihat keseruan kegiatan. Tidak hanya seru, terlihat juga kerianggembiraan para anggota jamaah. Tujuan game ujung-ujungnya memang bernilai “ibadah”. Dengan game yang dimainkan, jamaah gembira. Kegembiraan antara lain melahirkan tawa riang, paling tidak senyum terkulum. Bukankah senyuman itu sendiri, seperti sabda Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah ibadah? (Mustajib)