Penelitian yang dilakukan oleh widarto dkk pada tahun 2009 menghasilkan rumusan soft skill yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri secara berurutan berdasarkan skala prioritas adalah : disiplin, kejujuran, komitmen, tanggungjwab, rasa percaya diri, etika, sopan santun, kerjasama, kreativitas, komunikasi, kepemimpinan, enterpreneurship dan organisasi. Oleh karenanya diperlukan perangkat kurikulum yang mampu mengintegrasikan muatan soft skil ke dalam dalam proses pembelajaran, sementara soft skill tak perlu berdiri sebagai mata pelajaran. Model integrasi soft skill harus komprehensif yakni mulai dari konteks, input, proses, output dan outcome semuanya harus diperhatikan secara seksama
Soft skill memiliki urgensi yang tinggi dalam dunia pendidikan, sehingga keberadaan soft skill adalah satu keniscayaan agar pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas dan siap bersaing. Pada teknisnya, soft skill ini dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan ataupun proses belajar-mengajar, namun perlu disadari bahwa untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Lebih jauh lagi, pendidikan soft skill idealnya bukan hanya diterapkan untuk peserta didik saja, tapi juga berlaku untuk pendidik. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan proses pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Maka dari itu Sekolah Indonesia Riyadh mencoba mengimplementasikan softskil ke dalam pembelajaran. Pengembangan aspek soft skill pada siswa dengan mencoba menerapkan strategi cooperative learning agar siswa terbiasa dan terlatih untuk dapat mengembangkan aspek soft skill pada diri masing-masing siswa.